Setiap
Pertemuan
Kuteteskan air mata
Dan mengalir ketepian
Tulus rasaku untukmu
Mengiringi kepergian
Sedikit demi sedikit
Rasa sayangku untukmu
Bukan kepergian rasa itu
Yang membuatku sesal
Tetapi kedatangannya
Yang tak pernah kuinginkan
Aku tahu percuma
Bila diteruskan saja
Karena menambah rasa sakit hatiku
Tetapi aku berterima kasih
Atas pemberian warna baru
Dilembaran kertas putih hatiku
Aku bisa belajar menghargai
Setiap rasa yang diciptakan
Allah buat setiap insannya.
Setiap
Insan Berhak Mencintai
Saatnya aku mengetahui
Bahwa manusia berhak mencintai
Disisi lain mungkin tak lagi
Karena dia telah menyakiti
Kehilangan cinta sejati
Sangat sulit untuk mencari kembali
Belai tangannya membuat perih
Dengan tubuh kaku seperti mati
Dan ingatlah satu kata
Bahwa sebenarnya kitakan bersama
Walau badai, ombak serta ujian-Nya
Ku pertahankan cintaku padamu didalam dada
Kau telah mengambil jalanmu
Yang jalan kau buntukan
Mencoba menjauh dariku
Takkan mampuku runtuhkan
Tapi besarnya cintaku
Didalam hatimu
Tak pernah luluh
Walau bencinmu padaku.
Trik
Sang Waktu
Takkan aku berhenti
Mengharapkanmu
Meski aku tahu kita
Berbatasan waktu
Mungkin kamu
Tak bisaku miliki
Harapku kan . . .
Tetap utuh . . .
Sebab asaku
Bukan tentang hadirmu
Tapi rasa sayang . . .
Kamu untukku
Ini hidupku dan itu hidupmu
Satu dunia namun berbeda kalbu
Tak bisa kita paksakan
Untuk menyatu
Karena ku yakin
Semua itu hanya trik sang waktu . . . .
Ingin
S’lalu Bersama
Diriku tak seindah
Yang kamu bayangankan
Diriku tak sesuci
Yang kamu rasakan
Namun ku tetap bisa merasakan
merasakan kepedihan cinta yang tergoreskan
dan kubuka tabir kisahku
yang tak bisa terlupakan
walaupun aku jauh disini tapi harapkukan selalu ada
di sisimu
setetes air mata mulai jatuh
detik demi detik nafasku mulaii hilang
meninggalkan semua ini
demi melihat senyum mu sampai nanti
Mengertikah
Apa kamu mengerti
Siapa orang yang benar-benar
Sayang dan cinta kepadamu
Bukan orang yang tahu
Tentang apa yang kamu suka
Dan kamu benci
Tetapi orang yang mengerti apa yang
Baik untukmu
Bukan orang yang sengaja
Memberi perhatian padamu
Tetapi orang yang selalu mengerti
Keadaan kamu dan posisi kamu
Bukan orang yang berani
Menyentuh kamu
Tapi orang yang merasakan kamu suci
Untuk disentuh
Bukan orang yang ingin memiliki kamu
Tapi orang yang rela kehilangan kamu
Demi kebahagian kamu
Bukan orang yang suka keindahanmu
Tapi orang yang mau
Menerima kamu apa adanya
Masa-masa
yang indah
Suatu saat kita akan rindu suasana seperti ini
Saat dimana guru sedang marah
Terlambat datang kesekolah
Teman sedang bergembira
Suasana kelas yang seperti pasar
Dihukum guru
Nyontek ketika ulangan
Negerjain pr disekolah
Dijemur dan lari dilapangan
Naksir kakak atau adik kelas
Lalu kisah romantis
Ngerasa cinlok dan dikhianati
Tapi inilah kebahagian kita
Kelak kita tidak akan
Merasakan lagi indahnya masa
SD, SMP maupun SMA
Bergantilah suasana tegang
Masa depan yang lebih menanantang.
Seketika burung menyapa
Dimana ada yang tersendu
Meratapi hampanya dunia
Selalu terlewatkan akan bayangmu
Jika ada bulan yang tidak bersinar
Jangan harap lagi aku melihat
Jika ada cinta yang hilang
Jangan untuk bertanya pada hati yang pekat
Memukul kabut tak tampak
Bagai memegang angin tak bertahan
Menatap bintang tak cerah
Seperti aku pergi lalui tanpamu
Melihat kawan seperti lawan
Membunuh seribu hati dalam jiwa
Menunggu hati yang tak mungkin datang
Melihat aku, kamu, dan dia bersama
Ketahuilah bahwa aku tak sesuci bulan
Tapi aku tetap mengharapkan
Surga dunia yang setimpal
Dengan apa aku memberimu . . . .
Mungkin satu kata cukup untuk kita
Melewati hari-hari indah saat dulu kala
Hilang satu muncul dua
Hilang dua akan muncul yang sebaik-baiknya
Sebenarnya aku ingin memiliki
Memiliki hati yang suci dari dalam diri
Dirimulah yang ku mau
Untuk temani hati dalam tubuh
Sebenarnya aku ingin memliki
Memiliki hati suci dari dalam diri
Dirimulah yang aku mau
Untuk temani hati dalam tubuhku
Tapi semua ini tak mungkin
Kita hanya insan yang berdosa
Insan yang tak punya arah
Insan yang selalu bersalah
Tapi kita bukanlah kekasih
Kita hanya naluri yang ingin memiliki
Naluri yang harus bisa terpenuhi
Naluri yang selalu bermimpi
Tapi kita hanya teman
Kita hanya mencoba bertahan dan melawan
Bertahan dalam kepahitan
Bertahan dalam kesendirian
Namun dilihat kini
Kita bagai dua dunia
Nyata dan tidak nyata
Tapi mungkin jalan ini akan lebih baik
Mungkin dengan ini akan lebih sehat
Dan kini rasa itu hampir berasa
Dan ingin menjauhkan mu dari hadapanku
Perpisahan
Dua Sahabat
Haruskah disetiap pertemuan
Harus tersakiti terasa dalam
Bermimpi dicintai
Mengerti dikhianati
Seharusnya menyadari apa yang tak disadari
Melihat dengan mata tertutup
Berjalan dengan tangan
Bukanlah hal yang mudah untuk dijalani
Tak disangka sangka mengapa aku ini
Menangisi hal yang sepele
Merindukan dunia terang
Meratapi kesedihan
Betapa sulit untuk bangkit
Ketika berada dalam posisi yang sulit
Jangan risau kawan
Aku kan setia dimana kau sulit dan senang
Mimpimulah yang membuat kita hidup
Mimpimulah yang membangkitkan ku
Senyummu yang indah selalu terbayang
Tawamulah saat ini yang terdengar
Kita bagaikan cinta antara gembok dan kunci
Begitu melekat dalam diri
Kasih sayang seorang sahabat sejati
Hari ini mungkin sampai mati
Aku mohon kau tetap ingat
Perilaku kita yang kadang bejat
Nakal, jail, dan penuh canda yang hebat
Peristiwa itu kan terus melekat
Sahabat takkan mati
Sahabat takkan lupa
Sahabat takkan pudar
Dan sahabat takkkan cacat
Betapa aku merindukan mu
Rasa menggebu terus ada
Rasa bimbang takkan hilang
Sebelum ku melihat wajah dirimu
Lihatlah diri kita
Banyak yang hilang pada diriku
Yang dulu selalu bersama
Kini hilang disementara waktu
Akankah kita dapat berjumpa
Dapatkah kita bercanda tawa
Seperti saat dimana kita bersama
Duduk manis didepan rumah
Inilah sebuah ujian yang diuji
Betulkah ini cobaan yang dijalani
Haruskah kita lalui
Dengan hati yang tabah dan suci
Aku mohon untuk dirimu
Untuk tidak melupakan ku
Untuk tetap mengingat ku
Walau hanya sekecil sagu
Cintaku
padamu dari dasar Agama
Ketika matahati sedang berbicara.
Menangis dengan pelukan bersama.
Hanya ada seseorang wanita,
Dan hanya ada sesorang pria.
Dia berdiri tegap dengan kedua tangan dan kaki.
Dan dia sedang bersandar khalayaknya seoarang
lelaki.
Menunggu, menanti akan adanya kematian.
Dan itu harus diakuinya.
Lihatlah perempuan itu.
Dia rela untuk berdiri menunggu.
Melayani angin yang sesaat berhembus sesaat waktu.
Menanti, menanti dan harus menunggu.
Ketiak aku harus begitu setianya.
Harus berkorban untuk seseoarang yang begitu berharga.
Itu hanya kesalahan maksimal yang terasa.
Dan juga membuat suatu kesalahan dosa.
Jikalau air tak pernah ada.
Disana bakalan ada sumber untuk digali.
Jika sumber itupun tak ada.
Tapi hanya linangan air mataku.
Aku gak perlu kamu dari mana?
Aku gak mau kenal kamu dari ras apa?
Dan aku tak mau tahu kalau kau punya banyak harta!
Yang ku mengerti ialah cintaku padamu dari dasar
agama.
Mungkin kamu terlihat pintar.
Mencuri celah sedikit di 2 ruang 1 hatiku.
Memperlihatkan hati.
Dan terlihat jelas agamamu.
Menyapa
atas namaku
Setiap mata yang selalu melihat.
Dengan perasaan kita mengungkapkannya.
Namun disaat hati gundah.
Hanya ada waktu untuk memburunya.
Kau melinangkan canda tawa yang terindah.
Yang tak mungkin aku milikki keindahannya.
Untuk melambaikan mata saja aku taku bisa.
Apalagi untuk meraba.
Serasa nadi yang ingin bernafas.
Itu juga dianggap mitos yang takkan pernah pas.
Bagaikan udara yang akan tergenggam.
Dan seperti aku sulit uuntuk mendapatkan cintamu
lagi.
Terindah hari dan sore.
Terlihat saat kau didekatku.
Mengatakan
sesuatu yang teramat pelan,
Kau bilang; aku dulu pernah menyayangimu.
Tapi apa?
Harus apa?
Aku terlambat.
Dan merasa terjebak dalam cinta yang dangkal.
Mungkin setiap aku mengingat kisahmu.
Kisah awal yang diawali dengan sebuah perkenalan.
Aku masih terafal senyummu.
Seakan seperti gelombang.
Akhirnya ku bahagia melihatmu.
Tergapai semua angan yang sudah menjadi bayangmu.
Sampai kau tak pernah lagi sudikan ku.
Menyapa dengan atas namaku.
By : Yudi Pranata
twitter : @kakyudii
Hati-hati dalam menentukan sikapmu ok-hay !!!